graphic design, internet society, web design.

Tuesday, March 16, 2021

Penalaran Hukum dan Hukum Penalaran

4:42 PM Posted by sarungtenun No comments

 

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut ultricies efficitur nunc id accumsan. Aliquam quis facilisis felis. Integer vel est nulla. Nam vitae augue libero. Mauris fringilla est nisl, non blandit mi tincidunt vitae. Pellentesque porta lectus vel lectus gravida lacinia. Nulla bibendum luctus feugiat. Integer sed ornare tellus. Donec aliquam tempus quam ut sagittis. In tincidunt neque at auctor dapibus. Donec eget pharetra magna. Duis gravida urna quis dolor mattis pharetra. Donec aliquet et magna id molestie. Praesent egestas mauris a iaculis laoreet.

Duis vehicula dignissim gravida. Pellentesque quis metus condimentum, placerat diam vel, placerat ligula. Vestibulum ante ipsum primis in faucibus orci luctus et ultrices posuere cubilia curae; Sed sit amet facilisis magna. Ut non pharetra metus. Suspendisse in orci interdum odio faucibus ullamcorper. Nunc mattis quis libero vel rhoncus. Vestibulum lacinia leo vel interdum vulputate. Pellentesque eleifend orci id auctor pretium. Praesent dignissim, massa ac cursus malesuada, est turpis bibendum metus, sit amet venenatis quam ante non mauris. Class aptent taciti sociosqu ad litora torquent per conubia nostra, per inceptos himenaeos. Vivamus at posuere ipsum, id mollis ipsum. Suspendisse tincidunt, erat nec mollis pellentesque, nunc turpis porta felis, nec fringilla nulla dui id massa. Duis non bibendum sapien. Etiam ac turpis nec purus molestie blandit sed id magna

Baca juga:

Hukum dan Penalaran Hukum

Hukum Penalaran dan Ilmu Hukum

Nulla lacinia libero libero, vel auctor metus lobortis et. Integer laoreet nunc non eros imperdiet, sit amet iaculis ligula malesuada. Pellentesque eget sem elementum dui elementum maximus. Aliquam vitae enim quis mi posuere suscipit. In ut purus urna. Phasellus tempus sagittis dolor, at mattis magna ullamcorper sed. Vestibulum et fringilla augue. Cras iaculis arcu nec est eleifend suscipit. Nunc faucibus magna a ante tincidunt, sed commodo metus mattis. Sed scelerisque ipsum ut erat sollicitudin pellentesque. Nulla fringilla placerat nulla vitae accumsan. Aliquam nulla tellus, finibus non massa vel, blandit pulvinar nunc. Nunc posuere magna nec quam feugiat, sed tristique erat scelerisque. Vivamus nisi metus, hendrerit pretium arcu non, luctus lacinia lorem. Nam urna eros, dapibus eget fringilla ut, aliquet in sapien.

Nam tristique nibh est, ut molestie justo placerat a. Aliquam tempus elit nunc, vitae molestie dui consequat a. Praesent fermentum fringilla ipsum, a pulvinar mi. Maecenas volutpat elit vitae quam luctus, quis porttitor dolor interdum. Vivamus sit amet risus vitae mauris dapibus tincidunt hendrerit at nunc. Aenean imperdiet velit eu eros luctus congue. Suspendisse aliquam lobortis gravida. Etiam venenatis dolor vel eros ultricies fermentum.

Vestibulum ac quam malesuada, efficitur lorem et, aliquam nulla. Curabitur blandit blandit lobortis. Aenean condimentum metus tellus, id lacinia nunc gravida vel. Duis aliquam metus vitae eleifend egestas. Cras nec lacinia libero, eget tristique felis. Mauris porta ipsum eget justo imperdiet, eget dignissim felis ultricies. Nunc dapibus fermentum porttitor. Ut laoreet hendrerit nunc, a tempor purus efficitur et. Mauris quis tellus placerat, facilisis tortor ac, egestas mauris. Quisque bibendum faucibus sem, nec tincidunt dui luctus a. Nunc cursus ut lacus vitae hendrerit. 

Friday, March 18, 2016

Mengejar Trend Besar Bukan Trend Kecil-kecilan

6:52 AM Posted by sarungtenun , No comments
Sangat menarik dari beberapa ceramah para pemikir dan pendiri berbagai perusahaan besar dalam industri teknologi--ya memang hampir semua kini tak lepas dari teknologi--, adalah bagaimana mereka mengejar trend.
Mengasah visi ke depan adalah penting dan vital dalam diri orang-orang besar. Sebesar bagaimana dalam Islam, Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Salam, selalu menjelaskan keadaan di masa depan. Bekal pemahaman tentang keadaan di masa akan datang ini vital. Untuk mengatur banyak rencana, menyusun strategi yang taktis dan sering kali rumit.
Melihat trend bukanlah pembahasan per-cenayang-an, atau supranatural. Tetapi bagaimana seseorang mau terus mengasah kesadarannya lebih tajam dari manusia pada umumnya. Jiwa sosial yang kuat membuatnya mampu melihat dan secara kontinu merefleksikan apa saja yang terjadi di luar dirinya dan bagaimana potensi serta kemungkinan besar akan menuju ke mana.
Melihat trend juga adalah kegiatan kontemplatif ke dalam diri sendiri. Percaya dengan apa yang kita yakini, terutama untuk menjadi lebih banyak manfaat kepada siapa saja (ini yang banyak kita temukan pada banyak tokoh besar), bukan tentang bagaimana mengambil banyak keuntungan dari mengejar trend (ini banyak kita temui kini, saat semua bentuk kapitalisme sudah memasuki tahap lebih lanjut). Refleksi ke dalam, membuat kita mengingat tentang dua pesan dalam dua cerita.
Di dalam Kung Fu Panda 3, dikutip bahwa ketika kau berhenti melakukan hal yang engkau sukai maka tidak akan ada lagi kemungkinan untuk menjadikanmu memiliki kemampuan yang lebih baik dari itu, maka teruslah asah hingga yang kita temui sudah bukan hanya kemampuan puncak, tetapi kerendahan hati. Seperti juga di dalam Islam juga diajarkan demikian, bagaimana seseorang menempuh jalan pengetahuan akan makin bijaksana dengan semakin tingginya ilmu.
Dalam "Point Break" kita ditunjukkan bagaimana supaya terus mengejar batasan untuk menyatu dengan yang Maha Perkasa. Jangan melemah karena itu akan mendekatkan diri pada "point where you break" posisi ketika kita mudah dipatahkan, ketika kita tidak mampu lagi memimpin, hanya menjadi penurut orang lain, lemah ketika melihat yang lebih berkuasa bebas menindas dan membatasi kita.
... dan akhir kata ini adalah refleksi, setelah saya menyimak ceramah om Jack Ma, bosnya Alibaba. Semoga penuh manfaat, untuk saya dan untuk siapa saja.
Kebenaran hanya ada di Tangan Yang Maha Kuasa.

Thursday, July 23, 2015

Dari All Rights Reserved Menuju Creative Commons

5:01 PM Posted by sarungtenun , No comments
HAK Cipta bisa menjadi alasan seseorang menghasilkan banyak karya hebat. Hasilkan karyamu, hak-hakmu yang dilindungi legislasi menjadi kekayaan yang bernilai sosial, bahkan untuk takaran ekonomis.

Banyak dari kita di masa kejayaan industri dan sains-teknologi ini bisa menghidupi keluarganya dari adanya hak cipta atas karya yang dilindungi. Kita mengenalnya dengan “All Rights Reserved”, frasa yang menjadi pokok dari undang-undang hak cipta, yang dicantumkan pada sebuah produk untuk formalitas atas aturan hukumnya. Yang menjelaskan bahwa pemilik hak-salin (copyright) melindungi dan menjaganya untuk kepentingannya sendiri.

Akan tetapi, tidak lama para pencari peluang melihatnya sebagai komoditi. Maka gairah untuk mendapatkan keuntungan besar dari perlindungan atas hak cipta dan produk-produk yang dihasilkannya menjadi tinjauan penting bagi para industrialis. Lalu muncullah banyak industri yang menghasilkan produk berupa barang-barang kebutuhan, yang dihasilkan dari karya yang dilindungi oleh hak cipta.

Ketika seseorang ingin mengkonsumsi suatu produk, entah itu produk fisik, maupun non-fisik seperti musik, perlu adanya transaksi ekonomi. Dia tidak berhak melipatgandakan, memodifikasi, atau mengambil sebagian untuk dipergunakan kembali. Dan kita bisa membaca kutipan undang-undang yang terkadang menempel pada sebuah produk yang dilindungi.

Sayangnya, tidak hanya kepada kebutuhan tersier atau sekunder saja sebuah produk itu ditutup hak akses untuk memperbanyaknya. Ketika penemuan-penemuan penting dan keterbukaan informasi bagi kemanusiaan dibatasi aksesnya dengan mengatasnamakan perlindungan hak cipta, apa yang semestinya menjadi solusi bagi dunia justru bisa menjadi komoditi bagi para kapitalis. Kesenangan bagi mereka, dan celaka bagi yang tidak mampu dan sangat membutuhkan.

Lawrence Lessig kemudian menyebut masa tersebut sebagai masa dimana informasi dan komoditi hanya bisa kita dapatkan dalam bentuk “read-only” (RO). Memang pada kenyataannya, kemampuan kita memodifikasi, memperbanyak, dan mendistribusikannya pun dibatasi ketat oleh undang-undang.

Tanpa mempertanyakan banyak hal tentang kebutuhan dasar publik yang terdapat pada sebuah karya, atau cenderung menautkan perlindungan hak cipta dengan hak dasar atas kekayaan intelektual, dunia pun meratifikasi aturan-aturan serupa, yang menguntungkan pemilik modal dan pemegang hak cipta.

Di kemudian hari kita belajar dari banyak tokoh seperti (alm.) Aaron Swartz, dan Lawrence Lessig, tentang betapa pentingnya keterbukaan informasi kepada publik. Dalam film dokumenter “Internet’s Own Boy”, kita bisa mengetahui tentang perjuangan Aaron dan kawan-kawan untuk keterbukaan informasi kepada publik, terbukanya pengetahuan berarti pemerataan wawasan bagi siapa saja dan tentu menghindari segala bentuk represi. Termasuk kesadaran untuk bebas dari pencarian keuntungan para kapitalis di balik frasa “All-Rights Reserved”.

Lalu hadirlah di hadapan para pengekang kebebasan ide, yang menyikapi represi dengan memodifikasi konsep atau bahkan melawannya. Kreatifitas adalah senjata untuk bertahan menghadapi keadaan represif.

Muncul banyak karya-karya musik dan video yang menggabungkan beberapa karya legal menjadi sebuah bentuk baru, kita menyebutnya ‘remix’. Muncul pula gerakan global perangkat lunak yang bisa digunakan secara bebas oleh dan untuk kebaikan siapa saja, kita bisa membaca kisah Richard Stallman yang meluncurkan GNU Project dan Free Software Foundation.

Atau Aaron Swartz, salah satu arsitek awal dari proyek Creative Commons dan seorang developer sebuah basis data pustaka yang bisa diakses publik secara bebas, Open Library. Aaron pada 2010 juga mendirikan sebuah online group, Demand Progress, yang berhasil dalam kampanye menentang dua undang-undang pemerintah Amerika Serikat tentang penyensoran Internet, SOPA dan PIPA. Tidak berhenti di situ, Aaron lantas mempelajari pengaruh para pemilik modal pada berbagai institusi.

Dalam Internet’s Own Boy, kita bisa tahu bagaimana jurnal-jurnal ilmiah yang dikelola dan diakses secara eksklusif oleh kampus-kampus ternama, dan dengan biaya berlangganan yang tidak murah, terkait dengan bisnis kotor para kapitalis. Riset yang masuk di dalam jurnal tersebut disimpan di dalam sebuah server tersendiri dan untuk mengaksesnya kita mesti memiliki jalur khusus dan membayar biaya yang tidak sedikit. Selanjutnya karya tulis dari para sarjana yang dengan bangga memasukkan hasil penelitiannya ke dalam jurnal-jurnal tersebut pun kemudian tertutup secara eksklusif. Hasilnya dikembangkan oleh para kapitalis, untuk memproduksi sebagian besar kebutuhan-kebutuhan vital publik, kita bisa mengambil contoh pada bidang medis.

Bagaimana jika riset yang sedemikian penting itu lantas hanya menjadi jalan para kapitalis untuk menarik uang dari rakyat banyak yang sakit dan sangat membutuhkan obat-obatan yang sebenarnya tidak mahal?

Tidak lama setelah meninggalnya Aaron Swartz dalam tekanan psikologis pemerintah Amerika Serikat, seorang anak laki-laki dari Baltimore berusia 14 tahun, yang memiliki akses ke dalam server jurnal eksklusif JSTOR, mengirimkan email kepada ratusan pakar onkologi (oncologist; dokter ahli tumor), dia menjelaskan tentang besarnya jasa Aaron dalam risetnya menemukan penemuan besar di bidang onkologi. Dia menyampaikan bahwa risetnya tidak akan pernah ada jika bukan karena kemampuannya mengakses jurnal online tersebut.

Aaron mengkampanyekan apa yang sangat berarti bagi kita semua. Dan satu contoh hasil dari gagasan besar dan cita-citanya, Jack Andraka, anak lelaki 14 tahun itu menemukan cara yang murah dan hanya lima menit untuk bisa mendeteksi gejala kanker pankreas, rahim, dan juga kanker paru-paru. Dan menurutnya sejauh hasil medis yang ada, deteksi yang dihasilkan 100% akurat.

Baik Richard Stallman maupun Aaron Swartz adalah dua contoh besar dari banyak pejuang kebebasan hak akses informasi publik untuk kebaikan yang lebih luas. (*)

Sebelumnya telah dimuat di metrosemarang.com

Monday, June 8, 2015

Error Establishing A Database Connection

5:58 PM Posted by sarungtenun , , No comments
Masalah Error untuk memunculkan database WP di situs Anda
---------------------------------------------------------------------------------
Pagi ini sudah update database dan berusaha enhance sebuah situs berita milik klien. dan tiba-tiba ada selisih sedikit di database wordpressnya. tiba-tiba seisi internet melihat tulisan:
" Error Establishing a Database Connection " (cuma itu saja di browser). Tidak hanya terjadi di luar admin area, tapi juga hanya tulisan itu di admin pages. Apa yang sebaiknya Anda lakukan?
Saya ambil solusi:
+ Masuk ke cpanel > wp-config.php > edit
+ Tambahkan baris ini di dalam skrip wp-config tadi:
define('WP_ALLOW_REPAIR', true);
+ Simpan hasil edit.
+ Buka tautan: http://www.situsAnda.com/wp-admin/maint/repair.php (tambahkan saja /wp-admin/maint/repair.php di belakang situs Anda)
+ Akan muncul pilihan untuk repair dan repair serta enhance. Yang kedua lebih saya anjurkan.
+ InsyAllah masalah kesalahan establish database akan teratasi.
+ Jika masih bermasalah, coba browse solusi lain di forumforum WP.
[sumber:wpbeginner.com]

Thursday, April 16, 2015

Tidak Pentingnya Facebook (sempitnya cara pandang)

11:05 AM Posted by sarungtenun , No comments
Saya penggemar dan pencari ide kreatif, banyak pakar kreatif yang tumbuh di era internet menyarankan saya untuk banyak menjelajahi internet, dan mungkin saja melihat ruang besar di mana banyak orang dalam akun-akun berinteraksi. Facebook.
Sudah hampir empat bulan saya tidak memposting apa pun di dinding pribadi saya, hanya berbagi di dalam grup tertentu yang saya nilai ada manfaatnya, hanya di halaman-halaman tersendiri, yang saya rasa bisa menjadikan saya berbagi nilai baik-baik dalam social networking, dengan prinsip freedom of information, knowledge is free, dan sebagainya.

sempitnya cara pandang
Saya merasa cara pandang fanatik facebooker sudah terlalu sempit dalam mencari informasi. Sejak diluncurkan 2004 dan dipublikkan 2005, situs tersebut memberikan banyak hal yang memudahkan kita berbagi informasi, dari laporan "aduh hujan lagi..." hingga "baru saja terjadi pemboman dan tembakan beruntun tidak jauh dari saya tinggal, oleh tentara Israel...", cepat dan aktual. Entah yang pertama saya rasa tidak terlalu terpecaya, yang kedua lebih meyakinkan. Karena kita lebih memahami karakter pertemanan dan model-model informasi yang biasa orang bagikan, dari sana, secara normal, kita jadi tahu seperti apa karakter pemilik akun.
Hal di atas tentu berbeda untuk tindak penipuan, yang sengaja mencitrakan dirinya sesuai dengan karakter yang disukai calon korban, atau untuk menebar teror.
Facebooker, tidak lagi banyak membaca informasi formal, semua jalur informasi yang hadir kepadanya telah dia reduksi sendiri.
Dengan membiasakan diri bermain facebook, seseorang akan lebih sering berinteraksi secara tertutup dengan para pemilik akun lain, menatapi gadget masing-masing, pudarnya komunikasi mulut ke telinga.
Dari membiasakan men-scroll apa pun yang muncul di dinding, menyempitkan fokus. Memunculkan kemampuan mengorek informasi teman, meningkatkan rasa iri karena postingan teman yang membuat iri hati.
Larut dalam cara menyimak berita hanya dengan membaca judul lantas menarik kesimpulan, dilanjutkan dengan memberikan komentar yang mentah dan kasar, tidak sesuai maksud isi berita, atau cukup membaca komentar-komentar sebelumnya. Uniknya saat sudah tidak ada lagi yang membaca sumber berita, maka para komentator akan menjadi tersesat dalam pemahaman bersama-sama.
Saya selalu terkesan kepada mereka yang berusaha memberi komentar yang memperbaiki, dan lebih dekat dengan kenyataan informasi.
Kita hanya melihat postingan yang dishare ulang-berulang, berita yang dikomentari secara abal-abal. Sayangnya dari sanalah kebanyakan kita mendapat informasi tentang kondisi dunia terkini. Multipliasi reduksi wawasan informasi aktual. Mereka yang begini ini lebih terlambat dibanding yang tidak terlalu memperhatikan facebook-an dan terus mencari informasi di luar fb.[]

Tuesday, April 7, 2015

Kebingungan Blokir-blokiran Situs 'Radikal'

3:40 AM Posted by sarungtenun , , No comments
Membaca postingan pak Onno di Facebook jadi menyadarkan. Bahwa ada kebingungan-kebingungan saat melihat situs-situs Islam yang disebut radikal diblokir oleh pemerintah. Walau sebagian masih dalam daftar calon kena blokir.
kompas.com
Begini pendapat beliau:
Utk Tim Blokir:
mau blokir Situs? Atau mau blokir pada level page / halaman?
KPI nya mau berapa situs / page yg masuk ke daftar / hari? BTW, kita hrs menentukan nasib jutaan situs lho smile emoticon Mau kerja / rapat berapa jam per hari untuk menentukan nasib jutaan situs tsb?
Bagaimana dengan torrent? Mau dibebaskan? Atau mau di blokir
Bagaimana dengan SPAM? mau dibebaskan? atau mau di blokir juga?
Bagaimana dengan proxy? VPN? Tor? mau di ijinkan atau mau di blokir?
PERTANYAAN SEDERHANA: Boleh tahu dasar hukum Tim Blokir maupun Mekanisme Blokir ini bekerja berdasarkan UU / PP berapa? pasal berapa? ayat berapa? Hati-hati karena mekanisme yang di sarankan akan menyebabkan ISP perlu melakukan penyadapan .... apakah ini secara legal? atau ilegal? ( >tautannya< )

Di kompas.com bertajuk "Menkominfo: Yang Tentukan Situs Radikal BNPT bukan Saya" Menkominfo dikutip pendapatnya, "Itu BNPT yang punya kriteria, bukan saya," kata Rudiantara, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (2/4/2015). Dan di berita lain, dari arah BNPT "Kepala BNPT: Saya Tegaskan BNPT Tidak Pernah Memblokir Situs-situs!" Kepala BNPT (Komjen Saud Usman Nasution) dikutip pernyataannya: ""Saya tegaskan BNPT tidak pernah memblokir situs-situs. Yang blokir itu Kemenkominfo," ujar Saud dalam acara diskusi yang digelar di sekretariat Aliansi Jurnalis Independen, Kalibata, Jakarta Selatan, Minggu (5/4/2015)"
Saya turut berkomentar: "minimnya regulasi membuat tindakan yang diambil jadi terlalu banyak masalah, karena satu tindakan akan banyak hal yang mesti dilewati tahapannya, yang lupa diperhatikan aturan-aturannya. semoga saja bisa bijaksana, mencegah tanpa merusak hak-hak publik lainnya."
 

Sunday, March 1, 2015

Tips Dasar Menggali Ide Desain Karakter

11:29 AM Posted by sarungtenun , No comments
Ini adalah sebuah pembahasan mengenai desain, bukan tentang karakter manusia hidup di tengah-tengah perannya sebagai agen sosial, tetapi ‘karakter’ lain. Yang berinteraksi dengan cara sedikit berbeda.



Kesenangan mencari inspirasi terkadang membuat kurang menemukan konsep yang sebenarnya kita cari. Misalkan, beberapa menit menyusuri Pinterest dengan kata kunci pencarian “character” dan “design” atau dengan “illustration” dan kita tadinya sedang berusaha mencari ide untuk sebuah desain ikon perusahaan yang mencitrakan “ketelitian”, “riset”, “teknologi”, yang secara simultan hampir tidak mungkin kita dapati hasilnya jika kita memasukkan ketiga kata itu dalam pencarian di Pinterest. Itu sebuah permisalan.

Keadaan di atas tidak memunculkan ide terangnya di meja gambar, malah menjadikan pikiran semakin kabur dari fokusnya.

Pencarian ide tentang desain karakter sebaiknya kita awali dengan pencarian konsep umum tentang kata-kata kunci, apa yang menjadi imajinasi umum tentang sesuatu yang sekiranya dikaitkan dengan kata-kata tersebut tidak mudah hilang, tetapi justru semakin kuat. Jika kita tidak mungkin menemukan ide kuat dengan pandangan pertama secara visual, kita bisa mencoba cara kedua, temukan karakter yang unik dan mudah memberi kesan di dalam benak penikmat. Menggemaskan, lucu, cantik, luar biasa, atau hal-hal ‘melebihi’ kebiasaan lainnya, untuk ditonjolkan.

Kemudian jangan sampai lepas konsep itu di dalam pikiran dan ujung jari, mulailah menuju meja gambar, bentuk pola dasar yang ‘eye-catching’, sesederhana mungkin. Eye-catching dari bentuk dasar ini penting untuk tahap selanjutnya, dan untuk membentuk ingatan akan citra dasar karakter yang ingin kita buat.

Saat dasar sudah tertuang, tinggal tambahkan rincian. Warna, bayangan, ketajaman sudut, gelap-terang, tekstur. Sejauh diperlukan, Anda akan mengetahui sendiri sampai batas mana desain itu terasa cukup, dengan membandingkannya terhadap ruang publik yang akan menjadi lahan interaksi karakter tersebut. Entah sederhana atau kompleks, Andalah yang bisa merasakannya. Di sini keterampilan merasakan secara visual diperlukan.

Ruang publik yang lebih terbuka menuntut visual yang lebih mudah diingat sepintas, sekelebat pandangan, dan kuat. Bisa dibedakan secara cepat dari obyek lain, dan kesan ide yang dibawanya masih melekat dalam kurun waktu sekelebatan pandangan.

Semoga bermanfaat.