graphic design, internet society, web design.

Thursday, April 16, 2015

Tidak Pentingnya Facebook (sempitnya cara pandang)

11:05 AM Posted by sarungtenun , No comments
Saya penggemar dan pencari ide kreatif, banyak pakar kreatif yang tumbuh di era internet menyarankan saya untuk banyak menjelajahi internet, dan mungkin saja melihat ruang besar di mana banyak orang dalam akun-akun berinteraksi. Facebook.
Sudah hampir empat bulan saya tidak memposting apa pun di dinding pribadi saya, hanya berbagi di dalam grup tertentu yang saya nilai ada manfaatnya, hanya di halaman-halaman tersendiri, yang saya rasa bisa menjadikan saya berbagi nilai baik-baik dalam social networking, dengan prinsip freedom of information, knowledge is free, dan sebagainya.

sempitnya cara pandang
Saya merasa cara pandang fanatik facebooker sudah terlalu sempit dalam mencari informasi. Sejak diluncurkan 2004 dan dipublikkan 2005, situs tersebut memberikan banyak hal yang memudahkan kita berbagi informasi, dari laporan "aduh hujan lagi..." hingga "baru saja terjadi pemboman dan tembakan beruntun tidak jauh dari saya tinggal, oleh tentara Israel...", cepat dan aktual. Entah yang pertama saya rasa tidak terlalu terpecaya, yang kedua lebih meyakinkan. Karena kita lebih memahami karakter pertemanan dan model-model informasi yang biasa orang bagikan, dari sana, secara normal, kita jadi tahu seperti apa karakter pemilik akun.
Hal di atas tentu berbeda untuk tindak penipuan, yang sengaja mencitrakan dirinya sesuai dengan karakter yang disukai calon korban, atau untuk menebar teror.
Facebooker, tidak lagi banyak membaca informasi formal, semua jalur informasi yang hadir kepadanya telah dia reduksi sendiri.
Dengan membiasakan diri bermain facebook, seseorang akan lebih sering berinteraksi secara tertutup dengan para pemilik akun lain, menatapi gadget masing-masing, pudarnya komunikasi mulut ke telinga.
Dari membiasakan men-scroll apa pun yang muncul di dinding, menyempitkan fokus. Memunculkan kemampuan mengorek informasi teman, meningkatkan rasa iri karena postingan teman yang membuat iri hati.
Larut dalam cara menyimak berita hanya dengan membaca judul lantas menarik kesimpulan, dilanjutkan dengan memberikan komentar yang mentah dan kasar, tidak sesuai maksud isi berita, atau cukup membaca komentar-komentar sebelumnya. Uniknya saat sudah tidak ada lagi yang membaca sumber berita, maka para komentator akan menjadi tersesat dalam pemahaman bersama-sama.
Saya selalu terkesan kepada mereka yang berusaha memberi komentar yang memperbaiki, dan lebih dekat dengan kenyataan informasi.
Kita hanya melihat postingan yang dishare ulang-berulang, berita yang dikomentari secara abal-abal. Sayangnya dari sanalah kebanyakan kita mendapat informasi tentang kondisi dunia terkini. Multipliasi reduksi wawasan informasi aktual. Mereka yang begini ini lebih terlambat dibanding yang tidak terlalu memperhatikan facebook-an dan terus mencari informasi di luar fb.[]

0 comments:

Post a Comment